kelebihan dan keutamaan LDII
AWAL PERKENALAN SAYA DENGAN ISLAM JAMAAH/LDII
Awal perkenalan saya dengan islam jamaah. ketika saya masih duduk di kelas tiga SMP,dimana saat itu saya remaja aktif dalam kegiatan remaja masjid yang berada di sekolah maupun di lingkungan saya. Singkat Cerita ketika ada tetangga saya yang duluan masuk dalam aliran islam jamaah sebab mereka mempunyai kerabat dekat dengan pengurus pusat aliran islam jamaah sehingga saya di tawar menjadi anggota pemuda mereka.memang saya akui kenapa saya tergiur dengan ajakkan mereka,yang mula-mula saya di tawari untuk di ajari mengaji/membaca Qur’an secara cepat tanpa harus melewati pedoman IQRA dan bisa menulis dan membaca PEGON (arab gundul melayu).saya pun tertarik dengan ajakan tersebut.lama-kelamaan ada tawaran yang lebih menggiurkan bagi pemuda-pemuda yang mau meneruskan pembelajaran akan di berangkatkan ke pondok pesantren kediri dengan biaya di tanggung oleh lembaga aliran itu (LDII) yang terkait dengan islam jamaah.bukan hanya itu,dengan doktrin yang ditanamkan sejak dini bagi para pemula dijanjikan wajib masuk surga bila sampai berbaiat pada imam mereka membuat cenderung buat saya semakin jauh dari keluarga.karna dari hasil doktrin yang saya dapatkan “KELUARGA SAYA ADALAH ORANG KAFIR”.sejatinya mereka menggunakan dalil-dalil pendukung gerakan bawah tanah mereka hingga saya pun berbaiat pada imam mereka.
Untuk menjadi anggota LDII yang milit harus memenuhi kriteria antara lain :
- telah menghatamkan Kitab sholat,kitab adilah dan kitab imaroh.
- Aktif dalam kegiatan pengajian mereka minimal 3 kali dalam seminggu.
- Aktif melaksanakan sholat jum’at di masjid-masjid milik LDII.tapi saat itu LDII di daerah saya belum mempunyai masjid maka sholat jum’atnya diadakan dirumah milik tokoh LDII setempat.
- Aktif dan rutin melakukan infaq lemparan (infaq pada waktu mengaji sebagai bukti cinta kita pada LDII).
- Sanggup mendengar dan taat sepenuh kemampuan (sak pol kemampuan) pada imam.
- Sanggup membayar infaq persenan.
Setelah disaksikan oleh pengurus islam jamaah/LDII absensi dengan rata-rata aktif maka saat itu saya di nasehatkan untuk berbaiat.alasannya amalan saya belum di terima Allah karna masih di kategorikan kafir. “Kalau kita berada pada suatu wilayah (negara) minimal 3 orang dan salah satunya tdk mengangkat imam maka di katakan bahwa hidupnya tidak halal (nafasnya harom, sholatnya harom, hajinya harom bahkan jima’nya harom) nah kalo harom semua maka statusnya di samakan dgn org-2 kafir.
Dengan berpegang pada dalil ” Tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu daerah kecuali mereka mengangkat salah seorang dari mereka menjadi amir (pemimpin) (HR. Ahmad)”,” Barang siapa yang mati sedang ia tidak memiliki imam maka matinya dalam keadaan jahiliyyah (HR. Ahmad)”.
Dan termasuk saya adalah salah satunya dari beberapa pemuda yang terpilih untuk melanjutkan perjuangan kesesatan bertamengkan Qur’an Hadits Jamaah.dengan menjadi duta utusan mereka dari sulawesi utara.tepatnya tahun 1998 saya meninggalkan rumah untuk melaksanakan hasil pencucian otak dari seluruh institusi mubalig islam jamaah.hasilnya saya bisa menjalankan misi sesuai instruksi dari keimaman islam jamaah,yaitu berhasil mengikuti pendidikan mubalig ala islam jamaah.
Kenapa saya katakan pendidikan ala islam jamaah? Karna selama pendidikan tersebut kita di kungkung dalam lingkaran pendidikan yang saat itu boleh dikata lain dari pada yang lain.hanya manqul dan manqul adalah makanan sehari-hari anak santri islam jamaah.tidak di perbolehkan membaca kitab-kitab karangan walaupun kitab tersebut adalah kitab ahlussunnah atau kitab tersebut adalah kitab yang jelas-jelas kedudukannya shohih.namun kalau tidak keluar dari mulutnya sang imam maka kitab itu di hukumi kitab dholalah (kitab menyesatkan).akhirnya dangkalnya ilmu yang kami dapatkan dan hanhya sebatas yang diajari oleh sang imam walau ajarannya itu berbenturan dengan perintah Allah dan Rasul shalallahu alaihi wasallam.
Sering pula saya jumpai dalam pondok pesantren pelesetan dan pelecehan kitab suci dan hadits menjadi hiburan dalam kajian yang di berikan oleh ustadz saya saat itu.misalnya ustadz-ustadz didalam memberikan makna pada Al-Qur’an,beliau selalu memplesetkan maknanya dengan sesuatu yang berbau porno seperti dalam ayat Al-Qur’an yang berbunyi Inna nnisaa seharusnya di beri makna sesungguhnya perempuan di plesetkan maknannya dalam bahasa jawa menjadi saktemene bolo pecah (sesungguhnya kaum yang terbelah anunya),atau menjumpai ayat yang berbunyi “ILLA” seharusnya maknanya kecuali di lecehkan dengan bunyi “ah...yang..sayang rambutnya basah ya..habis junub ya?”,atau dalam melafadzkan nama prowi hadits yang bernama abdurrohman di ganti dengan nama Enindreksmen,abdurrozaq di ganti dengan abdedededek,Ibni Ajlan diganti menjadi ngibing ngacengan anunya.atau pula ayat yang seharusnya menjadi kabar penakut menjadi lucu akibat pelecehan makna yang di berikan seperti ayat yang berbunyi “ILLA BAGTATAN WAHIDATAN” artinya sebenarnya kiamat datang dengan suara yang sekali tiupan di plesetkan menjadi “datangnya suara itu sekali dan berbunyi towengweng..weng..weng(suara seperti dalam film kartun).dan masih banyak lagi.
Mungkin alasannya mereka memaknai seperti itu diberikan agar santri tidak ngantuk,tidak jenuh,tidak menoton sehingga ayat pun jadi bahan plesetan dan pelecehan.mungkin pula setelah ketahuan seperti ini kelakuan ustadz-ustadz mereka,bagian diplomasi bithonah akan menjawab...”oh..itu tidak benar,itu fitnah..” atau “oh...itu oknum ustadz,maklum mereka juga manusia”.
Penulis bertanya :”kalau memang itu hanyalah oknum,maka mengapa oknum ustadz terlalu banyak,bahkan hampir di setiap pondok pesantren,tempat-tempat pengajian mereka sering di jumpai hal demikian”.Itulah sebabnya menjadi tanda tanya buat saya,ketika menjadi santri islam jamaah menjumpai hal yang demikian.
Adalagi,ketika santri akan melaksanakan seleksi ujian mubalig (test kediri-test kertosono),dimana para santri akan di uji ketaatannya pada imam dengan cara yang menjijikkan yaitu masuk ke septiteng (tempat pembuangan tinja),sambil wakil imamnya (DMC) memperhatikan santri dan berkata “anggap saja menggendong bidadari surga,dengan taat imam pasti surga”.santri pun seolah-olah terhipnotis tanpa berkata-kata santri pun masuk ke kubangan menjijikkan.
Selepas ujian test mubalig tahun 1999 saya di tugaskan ke daerah Buton Sulawesi Tenggara tepatnya di Mawasangka pada tahun 1999-2001,kemudian dilanjutkan di Medan -Sumatera Utara tepatnya di Sibolga dan Nias pada tahun 2001-2002,kemudian di tugakan kembali di Jakarta Utara tepatnya di Cilincing 2002-2003,terakhir di Kalimantan Timur Balikpapan tepatnya di Sepinggan Kompeks Bandara tahun 2003-2005 dan selebihnya di daerah saya sendiri di sulawesi Utara tepatnya di Bitung dan Gorontalo tahun 2005-2008.
Desember 2008 adalah akhir perjalanan saya di LDII dan bertobat dari dosa penyesatan aqidah yang saya lakukan selama bertahun tahun.walau LDII memvonis murtad kepada saya sekeluarga.
Untuk menjadi anggota LDII yang milit harus memenuhi kriteria antara lain :
- telah menghatamkan Kitab sholat,kitab adilah dan kitab imaroh.
- Aktif dalam kegiatan pengajian mereka minimal 3 kali dalam seminggu.
- Aktif melaksanakan sholat jum’at di masjid-masjid milik LDII.tapi saat itu LDII di daerah saya belum mempunyai masjid maka sholat jum’atnya diadakan dirumah milik tokoh LDII setempat.
- Aktif dan rutin melakukan infaq lemparan (infaq pada waktu mengaji sebagai bukti cinta kita pada LDII).
- Sanggup mendengar dan taat sepenuh kemampuan (sak pol kemampuan) pada imam.
- Sanggup membayar infaq persenan.
Setelah disaksikan oleh pengurus islam jamaah/LDII absensi dengan rata-rata aktif maka saat itu saya di nasehatkan untuk berbaiat.alasannya amalan saya belum di terima Allah karna masih di kategorikan kafir. “Kalau kita berada pada suatu wilayah (negara) minimal 3 orang dan salah satunya tdk mengangkat imam maka di katakan bahwa hidupnya tidak halal (nafasnya harom, sholatnya harom, hajinya harom bahkan jima’nya harom) nah kalo harom semua maka statusnya di samakan dgn org-2 kafir.
Dengan berpegang pada dalil ” Tidak halal bagi tiga orang yang berada di suatu daerah kecuali mereka mengangkat salah seorang dari mereka menjadi amir (pemimpin) (HR. Ahmad)”,” Barang siapa yang mati sedang ia tidak memiliki imam maka matinya dalam keadaan jahiliyyah (HR. Ahmad)”.
Dan termasuk saya adalah salah satunya dari beberapa pemuda yang terpilih untuk melanjutkan perjuangan kesesatan bertamengkan Qur’an Hadits Jamaah.dengan menjadi duta utusan mereka dari sulawesi utara.tepatnya tahun 1998 saya meninggalkan rumah untuk melaksanakan hasil pencucian otak dari seluruh institusi mubalig islam jamaah.hasilnya saya bisa menjalankan misi sesuai instruksi dari keimaman islam jamaah,yaitu berhasil mengikuti pendidikan mubalig ala islam jamaah.
Kenapa saya katakan pendidikan ala islam jamaah? Karna selama pendidikan tersebut kita di kungkung dalam lingkaran pendidikan yang saat itu boleh dikata lain dari pada yang lain.hanya manqul dan manqul adalah makanan sehari-hari anak santri islam jamaah.tidak di perbolehkan membaca kitab-kitab karangan walaupun kitab tersebut adalah kitab ahlussunnah atau kitab tersebut adalah kitab yang jelas-jelas kedudukannya shohih.namun kalau tidak keluar dari mulutnya sang imam maka kitab itu di hukumi kitab dholalah (kitab menyesatkan).akhirnya dangkalnya ilmu yang kami dapatkan dan hanhya sebatas yang diajari oleh sang imam walau ajarannya itu berbenturan dengan perintah Allah dan Rasul shalallahu alaihi wasallam.
Sering pula saya jumpai dalam pondok pesantren pelesetan dan pelecehan kitab suci dan hadits menjadi hiburan dalam kajian yang di berikan oleh ustadz saya saat itu.misalnya ustadz-ustadz didalam memberikan makna pada Al-Qur’an,beliau selalu memplesetkan maknanya dengan sesuatu yang berbau porno seperti dalam ayat Al-Qur’an yang berbunyi Inna nnisaa seharusnya di beri makna sesungguhnya perempuan di plesetkan maknannya dalam bahasa jawa menjadi saktemene bolo pecah (sesungguhnya kaum yang terbelah anunya),atau menjumpai ayat yang berbunyi “ILLA” seharusnya maknanya kecuali di lecehkan dengan bunyi “ah...yang..sayang rambutnya basah ya..habis junub ya?”,atau dalam melafadzkan nama prowi hadits yang bernama abdurrohman di ganti dengan nama Enindreksmen,abdurrozaq di ganti dengan abdedededek,Ibni Ajlan diganti menjadi ngibing ngacengan anunya.atau pula ayat yang seharusnya menjadi kabar penakut menjadi lucu akibat pelecehan makna yang di berikan seperti ayat yang berbunyi “ILLA BAGTATAN WAHIDATAN” artinya sebenarnya kiamat datang dengan suara yang sekali tiupan di plesetkan menjadi “datangnya suara itu sekali dan berbunyi towengweng..weng..weng(suara seperti dalam film kartun).dan masih banyak lagi.
Mungkin alasannya mereka memaknai seperti itu diberikan agar santri tidak ngantuk,tidak jenuh,tidak menoton sehingga ayat pun jadi bahan plesetan dan pelecehan.mungkin pula setelah ketahuan seperti ini kelakuan ustadz-ustadz mereka,bagian diplomasi bithonah akan menjawab...”oh..itu tidak benar,itu fitnah..” atau “oh...itu oknum ustadz,maklum mereka juga manusia”.
Penulis bertanya :”kalau memang itu hanyalah oknum,maka mengapa oknum ustadz terlalu banyak,bahkan hampir di setiap pondok pesantren,tempat-tempat pengajian mereka sering di jumpai hal demikian”.Itulah sebabnya menjadi tanda tanya buat saya,ketika menjadi santri islam jamaah menjumpai hal yang demikian.
Adalagi,ketika santri akan melaksanakan seleksi ujian mubalig (test kediri-test kertosono),dimana para santri akan di uji ketaatannya pada imam dengan cara yang menjijikkan yaitu masuk ke septiteng (tempat pembuangan tinja),sambil wakil imamnya (DMC) memperhatikan santri dan berkata “anggap saja menggendong bidadari surga,dengan taat imam pasti surga”.santri pun seolah-olah terhipnotis tanpa berkata-kata santri pun masuk ke kubangan menjijikkan.
Selepas ujian test mubalig tahun 1999 saya di tugaskan ke daerah Buton Sulawesi Tenggara tepatnya di Mawasangka pada tahun 1999-2001,kemudian dilanjutkan di Medan -Sumatera Utara tepatnya di Sibolga dan Nias pada tahun 2001-2002,kemudian di tugakan kembali di Jakarta Utara tepatnya di Cilincing 2002-2003,terakhir di Kalimantan Timur Balikpapan tepatnya di Sepinggan Kompeks Bandara tahun 2003-2005 dan selebihnya di daerah saya sendiri di sulawesi Utara tepatnya di Bitung dan Gorontalo tahun 2005-2008.
Desember 2008 adalah akhir perjalanan saya di LDII dan bertobat dari dosa penyesatan aqidah yang saya lakukan selama bertahun tahun.walau LDII memvonis murtad kepada saya sekeluarga.
sumber
http://mbahmanan354.blogspot.co.id/2009/10/awal-perkenalan-saya-dengan-islam.html
Komentar
Posting Komentar